3 Program Inklusi Starbucks Disabilitas yang Telah Berjalan (2)

Sebagai gerai kopi terbesar di dunia, eksistensi Starbucks tidak sekadar mengumpulkan keuntungan dari penjualan minuman kopi, kue, dan merchandise. Starbucks juga menaruh perhatian pada isu-isu global terkait sosial, lingkungan, dan kemanusiaan. Salah satu bentuk perwujudannya adalah melalui program inklusi bagi penyandang disabilitas.

Program inklusi Starbucks ini menitikberatkan pada pemberdayaan penyandang disabilitas serta perluasan akses ke seluruh komunitas. Program semacam ini sudah berjalan di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Seperti apa konsepnya? Simak ulasannya berikut ini.

Starbucks Signing Store

Pada akhir 2022, Starbucks meresmikan gerai Signing Store di kawasan Jakarta Pusat. Signing Store adalah gerai yang didedikasikan untuk komunitas tuli, tunawicara, dan mereka yang menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi.

Di Indonesia, gerai Starbucks dengan konsep inklusivitas dan aksesibilitas ini merupakan yang pertama, namun secara global ini adalah gerai Signing Store ke-17. Gerai seperti ini juga dapat ditemukan di Amerika Serikat, Malaysia, Jepang, dan Hong Kong.

Kehadiran Signing Store menjadi bukti komitmen Starbucks terhadap penyandang disabilitas. Harapannya, Signing Store ini bukan sekadar tempat nongkrong yang aman dan nyaman bagi komunitas tuli, tetapi juga dapat menjadi wadah profesi bagi penyandang disabilitas yang kompeten.

Lokasi Starbucks Signing Store di Indonesia

Kreasi Seni Mural dari Seniman Tuli

Kepedulian Starbucks terhadap penyandang disabilitas juga terlihat pada salah satu spot terbaik di Signing Store. Dinding sepanjang 11 meter dengan tinggi 4 meter ini berhiaskan mural karya Indira Natalia, seorang seniman tuli.

Mural ini tidak hanya membuat area indoor Signing Store lebih estetik dan Instagramable, tetapi juga membuktikan bahwa penyandang disabilitas memiliki bakat yang luar biasa. Akses mereka untuk menyalurkan bakat ini masih terbatas, dan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas belum sepenuhnya hilang. Melalui program inklusi Starbucks, penyandang disabilitas mulai memiliki “wadah” yang tepat untuk bersosialisasi dan berkreasi.

Kolaborasi dengan Seniman Autisme

Starbucks ingin menciptakan lingkungan di mana setiap orang diterima dan dihargai. Dalam perjalanan bisnisnya, Starbucks tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga memberikan manfaat bagi orang-orang yang terhubung dengannya, termasuk penyandang disabilitas.

Pada perayaan Hari Disabilitas Internasional tanggal 3 Desember 2003, Signing Store Starbucks memperkenalkan merchandise tumbler hasil kolaborasi dengan Norman Salim, seorang seniman autis. Dengan dukungan dari Starbucks, lukisan Norman Salim terpampang pada tumbler Starbucks yang beredar di seluruh gerai di Indonesia.

Melibatkan SDM dari Kalangan Disabilitas

Signing Store ini bukan sekadar tempat bagi komunitas tuli untuk berkumpul. Starbucks juga melibatkan penyandang tuli sebagai pelayan, kasir, dan barista.

Langkah ini bertujuan untuk memberdayakan penyandang disabilitas agar mampu mandiri. Ini juga membantu melatih rasa percaya diri mereka dalam berinteraksi dengan masyarakat luas serta mengasah keterampilan menggunakan alat-alat kerja.

Media Penunjang Kerja yang Inklusif

Meskipun gerai ini didedikasikan untuk penyandang disabilitas, Starbucks menyambut semua pengunjung, termasuk yang tidak memiliki disabilitas. Starbucks menyediakan beberapa media untuk membantu komunikasi, seperti tablet LCD bagi pengunjung non-disabilitas yang tidak bisa berbahasa isyarat. Selain itu, terdapat papan “Indonesian Sign Language” yang memungkinkan pengunjung belajar bahasa isyarat dasar dan langsung mempraktikkannya.

Pemilihan Lokasi Gerai Ramah Disabilitas

Jumlah gerai Starbucks yang inklusif memang masih terbatas karena pertimbangan aksesibilitas, keamanan, dan kenyamanan bagi penyandang disabilitas. Signing Store di Jalan Tanjung Karang No. 3, Kebon Melati, Jakarta Pusat, dipilih setelah melalui pertimbangan matang, seperti kemudahan akses transportasi publik, sistem keamanan, dan jam operasional yang memungkinkan para pekerja tidak pulang terlalu malam.

Semoga Starbucks terus melanjutkan program inklusi ini dan menjadi contoh bagi perusahaan besar lainnya.

3 Program Inklusi Starbucks Disabilitas yang Telah Berjalan