Memperlakukan penyandang disabilitas dengan benar di ruang publik bukan hanya soal etika, tetapi juga bagian dari membangun budaya yang adil dan setara. Edukasi publik tentang cara berinteraksi dan menghormati keragaman kemampuan menjadi kunci untuk mewujudkan masyarakat yang benar-benar ramah dengan penyandang disabilitas. Setiap individu memiliki peran penting dalam menciptakan ruang yang adil, di mana penyandang disabilitas dapat hidup, bekerja, dan beraktivitas dengan aman dan bermartabat.
Meskipun kesadaran akan penerimaan sosial telah meningkat, masih banyak orang yang sungkan dan belum mengetahui bagaimana cara berinteraksi dengan penyandang disabilitas. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat umum untuk memahami cara memperlakukan penyandang disabilitas dengan hormat, setara, dan tanpa prasangka, khususnya di ruang publik. Perlakuan yang tepat bukan hanya soal sopan santun, tetapi juga bagian dari menciptakan lingkungan yang adil, nyaman, dan bisa diakses oleh semua orang. Berikut ini adalah panduan cara memperlakukan ragam disabilitas di ruang publik:
Contents
Disabilitas Fisik
Penyandang disabilitas fisik umumnya menggunakan kursi roda, tongkat bantu, atau alat bantu jalan. Di ruang publik, hal berikut perlu diperhatikan:
Jangan mendorong kursi roda tanpa izin. Selalu tanyakan terlebih dahulu apakah bantuan Anda dibutuhkan. Tindakan mendorong tanpa persetujuan dapat dianggap tidak sopan atau mengganggu kenyamanan. Memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas untuk menentukan sendiri apakah mereka butuh bantuan merupakan bentuk penghargaan terhadap kemandirian mereka.
Pastikan aksesibilitas fisik. Seperti memberikan ruang untuk lewat, tidak memblokir jalur landai (ramp), serta tidak menempati toilet khusus disabilitas. Aksesibilitas bukan hanya tentang fasilitas, tetapi juga soal kesadaran pengguna ruang publik lainnya. Menghormati fasilitas khusus berarti membantu menjaga hak mobilitas bagi mereka yang membutuhkannya.
Berinteraksi langsung pada penyandang disabilitas, bukan ke pendamping atau alat bantu. Penyandang disabilitas tetap memiliki hak untuk didengarkan dan dihargai sebagai individu. Mengabaikan mereka dalam percakapan dapat memperkuat stigma bahwa mereka tidak mampu berbicara untuk diri sendiri. Hal ini tentu akan membuat mereka merasa tidak nyaman.
Disabilitas Sensorik (Tunanetra dan Tunarungu)
Disabilitas sensorik mencakup hambatan pada indra penglihatan (tunanetra) dan pendengaran (tunarungu). Karena tantangan mereka terkait indra penerima informasi, pendekatan komunikasi dan bantuan yang diberikan perlu disesuaikan agar tidak justru menimbulkan kesulitan baru. Berikut adalah panduan perlakuan yang tepat:
Untuk Tunanetra
Perkenalkan diri dan beri tahu jika Anda ingin membantu. Orang dengan disabilitas penglihatan tidak dapat mengenali kehadiran orang lain secara visual. Dengan memperkenalkan diri secara verbal, Anda akan memberi rasa aman, menunjukkan keramahan, dan membangun kepercayaan sebelum membantu.
Jika memandu, biarkan mereka memegang lengan Anda, bukan Anda yang menarik mereka. Memegang lengan Anda memberi kendali pada penyandang tunanetra untuk mengikuti arah dan langkah Anda dengan aman. Menarik mereka secara paksa bisa mengejutkan dan terasa mengintimidasi, bahkan membahayakan keseimbangan.
Beri informasi verbal yang jelas, seperti arah jalan, posisi tangga, atau objek di sekitar. Karena tidak bisa mengandalkan penglihatan, tunanetra sangat terbantu oleh deskripsi lingkungan yang akurat. Informasi ini membantu mereka menavigasi ruang publik dengan lebih percaya diri dan mandiri.
Untuk Tunarungu
Gunakan bahasa tubuh, tulisan, atau isyarat sederhana. Karena komunikasi verbal terbatas, penyandang disabilitas tunarungu lebih memahami pesan melalui visual. Bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau menuliskan maksud Anda bisa sangat membantu menyampaikan pesan dengan jelas.
Lihat langsung ke wajah saat berbicara untuk memudahkan membaca gerak bibir. Banyak penyandang tunarungu dapat memerhatikan dengan membaca gerak bibir untuk memahami ucapan. Menatap wajah mereka saat berbicara (tanpa menutup mulut) membantu mereka memahami konteks pembicaraan dengan lebih baik.
Jangan berbicara dengan nada tinggi atau berteriak. Volume suara bukan solusi untuk hambatan pendengaran. Justru, berteriak bisa dianggap merendahkan dan membuat lawan bicara tidak nyaman. Yang dibutuhkan adalah komunikasi visual yang tenang, jelas, dan setara.
Disabilitas Intelektual dan Psikososial
Penyandang disabilitas intelektual dan psikososial menghadapi tantangan dalam berpikir, memahami, atau berperilaku dalam situasi sosial. Oleh karena itu, pendekatan interaksi perlu disesuaikan agar tidak menimbulkan stres atau tekanan.
Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Hindari istilah teknis atau kalimat yang panjang dan kompleks. Pilih kata-kata langsung dan konkret atau efisien agar informasi lebih mudah dipahami.
Beri waktu lebih untuk merespons atau memahami informasinya. Mereka mungkin membutuhkan jeda untuk memproses pertanyaan atau instruksi. Hindari tergesa-gesa atau menekan mereka untuk segera menjawab apa yang Anda lontarkan.
Jangan menunjukkan sikap menggurui atau meremehkan, perlakukan dengan kesabaran dan penghargaan. Sikap merendahkan dapat mengurangi rasa percaya diri dan membuat mereka merasa tidak dihargai. Perlakuan setara menunjukkan bahwa kita mengakui martabat dan kemampuan mereka sebagai individu.
Disabilitas Ganda (Multiple Disability)
Beberapa penyandang disabilitas memiliki lebih dari satu hambatan, misalnya kombinasi fisik dan intelektual. Seperti cerebral palsy (gangguan gerak dan otot) dan memiliki hambatan intelektual ringan, seorang remaja tunanetra (tidak dapat melihat) sekaligus mengalami gangguan kecemasan sosial, atau juga seorang disabilitas tuli yang juga autisme.
Gunakan pendekatan kombinasi: verbal, visual, dan empatik. Berkomunikasi dengan mereka harus melibatkan berbagai cara penyampaian agar pesan lebih mudah ditangkap. Perpaduan kata-kata sederhana, isyarat visual, serta sikap empatik sangat membantu menciptakan interaksi yang inklusif.
Komunikasikan dengan sabar, perhatikan sinyal nonverbal, dan sesuaikan cara berinteraksi. Beberapa penyandang disabilitas ganda mungkin sulit menyampaikan maksud secara verbal. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan ekspresi wajah, gerakan tubuh, atau reaksi emosional sebagai bentuk komunikasi alternatif untuk memahami apa yang mereka sampaikan.
Memperlakukan Penyandang Disabilitas secara Umumnya
Tanyakan terlebih dahulu, jangan membuat asumsi. Tidak semua disabilitas terlihat, dan tidak semua orang butuh bantuan. Selalu tanyakan terlebih dahulu sebelum membantu. Kemudian gunakan istilah yang tepat dan ramah disabilitas. Hindari istilah bernuansa negatif atau menyedihkan seperti “cacat”, “lumpuh”, “sakit”. Jika seseorang dengan disabilitas menolak bantuan, hormatilah keputusannya.
Penting untuk selalu menciptakan ruang yang ramah dan bebas stigma, termasuk dalam antrean, transportasi umum, tempat ibadah, pusat perbelanjaan, atau fasilitas publik lainnya.
Dengan memahami cara berinteraksi yang tepat dan menghormati hak-hak mereka, kita ikut membangun ruang publik yang terbuka, ramah, dan nyaman bagi semua. Sikap saling menghargai dan menerima perbedaan adalah tanggung jawab kita bersama.