Penyandang disabilitas kaki adalah orang-orang yang mengalami hambatan berjalan karena kelainan bawaan, penyakit, atau kecelakaan. Tingkat keparahannya tentu beragam. Semakin rendah kemampuan kaki untuk bergerak, semakin besar ketergantungan terhadap alat bantu berjalan.
Jenis alat bantu berjalan sangat beragam dan disesuaikan dengan kondisi medis masing-masing individu. Suatu jenis alat bantu mungkin cocok untuk seseorang, tapi belum tentu sesuai dengan yang lainnya meski sama-sama mengalami disabilitas kaki.
Alat bantu berjalan tidak hanya berupa kaki prostetik, tetapi juga mencakup tongkat, kruk, kursi roda, dan walker. Berikut penjelasan detail dari masing-masing alat bantu tersebut.
Contents
Tongkat
Tongkat merupakan alat bantu berjalan paling sederhana bagi penyandang disabilitas kaki. Beberapa kegunaannya, antara lain:
- Untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat fungsi kaki mengalami masalah sementara maupun permanen.
- Mengurangi beban otot yang mulai melemah.
- Meminimalkan rasa sakit akibat cedera, bekas operasi, maupun peradangan kronis.
- Mengurangi beban bertumpu pada sebelah kaki maupun bagian kaki yang sedang sakit.
Tongkat juga terbagi dalam beberapa jenis. Namun dua yang paling sering disarankan untuk mobilitas penyandang disabilitas pada kaki ialah:
Tongkat T
Umumnya berguna untuk disabilitas kaki dengan derajat ringan. Dalam artian, kedua kaki masih bisa berfungsi walau lemah. Penggunanya lebih banyak kalangan lansia yang mulai mengalami tanda-tanda degeneratif tulang, sendi, dan otot.
Tongkat Kaki Empat
Alat bantu ini menciptakan kestabilan yang lebih baik daripada tongkat T. Empat kaki di bawahnya mampu menopang beban tubuh lebih kokoh saat pengguna tegak maupun berjalan. Itu mengapa orang-orang yang mengalami permasalahan cukup serius pada kaki lebih dianjurkan menggunakan tongkat kaki empat ketimbang tongkat T.
Kruk
Walau berbeda bentuk, pada dasarnya kruk memiliki fungsi utama yang sama dengan tongkat, yakni menjaga keseimbangan tubuh penggunanya. Kita sama-sama tahu bahwa organ penopang tubuh berada pada kedua kaki. Namun bagi penyandang disabilitas di bagian kaki, tubuh tentu tidak tertopang dengan baik. Bahkan tanpa bantuan alat penopang, kegiatan berjalan akan terasa sangat menyulitkan.
Dengan kruk, beban yang harus ditopang kaki berkurang sampai 80%. Bahkan bila menggunakan sepasang kruk, .beban bisa berkurang sepenuhnya (100%). Hal tersebut sangat terasa manfaatnya bagi yang mengalami disabilitas kaki.
Kruk sendiri tersedia 2 jenis:
Kruk Ketiak (Axillary Crutch)
Kruk ketiak merupakan tongkat penyangga yang pemakaiannya dikepit di ketiak. Ini adalah jenis kruk paling umum kita lihat. Semua jenis disabilitas bagian kaki dapat menggunakannya. Hanya saja, untuk pemakaian jangka panjang dapat menekan saraf ketiak yang berisiko menimbulkan gangguan medis lainnya. Meskipun kruk ketiak umum digunakan, tidak semua penyandang disabilitas kaki cocok menggunakannya. Kruk ketiak memerlukan kekuatan otot tubuh bagian atas dan dapat menyebabkan tekanan pada saraf ketiak jika digunakan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, pemilihan jenis kruk sebaiknya disesuaikan dengan kondisi individu dan atas rekomendasi profesional medis.
Kruk Lengan Bawah (Lofstrand Crutch)
Sedikit berbeda dari kruk ketiak, kruk ini panjangnya hanya sampai lengan bawah atau tak mencapai siku, tangan dimasukkan ke dalam lingkaran untuk mengunci kekuatan dan keseimbangannya.
Secara praktis, kruk jenis ini lebih unggul dibanding kruk ketiak. Bobot bendanya lebih ringan, dimensinya lebih ramping. Sehingga lebih fleksibel untuk digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Minusnya, untuk pemakaian jangka panjang berisiko menyebabkan punggung bungkuk.
Walker
Walker merupakan alat bantu berjalan yang dipakai di depan tubuh. Walker memang mampu menjaga keseimbangan tubuh saat penyandang disabilitas kaki berlatih jalan. Namun karena bentuknya yang besar dan lebar, alat bantu yang satu ini terasa kurang praktis. Terutama saat digunakan di permukaan yang tidak rata.
Kaki Prostetik
Kaki prostetik, atau yang biasa dikenal sebagai kaki palsu, merupakan jenis prostetik yang manfaatnya bukan sekadar sebagai alat bantu berjalan saja, tapi juga menunjang estetika.
Pemakaian kaki prostetik dapat menyamarkan kondisi fisik yang sebenarnya, sehingga membantu meningkatkan rasa percaya diri pengguna. Sehingga memberi dampak positif pada rasa percaya diri penggunanya.
Terdapat beberapa tipe kaki prostetik dengan tingkat manfaat dan kenyamanan yang berbeda-beda, antara lain:
Kaki Palsu di Bawah Lutut (transtibial)
Tipe ini banyak dipakai dalam kasus amputasi kaki di bawah lutut. Dengan kata lain, penyandang disabilitas kaki seperti ini masih bisa mempertahankan lutut aslinya.
Pemasangannya menggunakan soket khusus agar lutut dan prostetik transtibial bisa tersambung. Setelah prostetik kaki ini terpasang dengan tepat, maka kaki bisa melangkah dan menekuk nyaris seperti kaki asli.
Kaki Palsu di Atas Lutut (transfemoral)
Tipe kedua dipakai pada kasus amputasi yang hanya menyisakan pangkal kaki. Pemakaian prostetik transfemoral ini dianggap sebagai substitusi dari kaki yang telah diamputasi.
Tingkat kenyamanan pemakaian kaki palsu tipe ini terbilang rendah. Walau dapat bergerak seolah-olah kaki asli, namun orang yang menggunakannya biasanya membutuhkan waktu cukup lama untuk bisa merasa terbiasa. Selain itu perlu latihan gerak di bawah arahan instruktur fisioterapi.
Kaki Silicon
Di antara dua jenis kaki palsu sebelumnya, kaki silikon dianggap sebagai pilihan paling ideal. Betapa tidak, materialnya lentur seperti halnya kulit asli. Secara visual kaki tidak tampak seperti kaki buatan. Sebab pembuatan kaki silicon disesuaikan dengan warna kulit, kerapatan rambut, bintik pori, hingga warna pembuluh darah dari orang yang akan mengenakannya.
Sayangnya dari segi fungsionalitas dan kenyamanan, efektivitasnya dapat bervariasi tergantung pada desain dan kebutuhan pengguna. Selain itu, biaya pembuatan yang tinggi bisa menjadi kendala bagi sebagian penyandang disabilitas.
Kesimpulan
Itulah sebagian kecil dari alat bantu berjalan untuk penyandang disabilitas kaki. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan banyak kemudahan bagi manusia, termasuk mereka yang mengalami keterbatasan fisik tertentu.