Rekrutmen Penyandang Disabilitas Sensorik Netra

Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2020, terdapat sekitar 8 juta penyandang disabilitas yang masuk dalam angkatan kerja di Indonesia. Namun, hanya sekitar 9% dari jumlah tersebut yang berhasil terserap sebagai tenaga kerja. Selebihnya masih menganggur karena dua penyebab utama. Pertama, sempitnya peluang kerja yang tersedia untuk penyandang disabilitas. Kedua, sistem rekrutmen penyandang disabilitas belum mencerminkan nilai-nilai keberagaman sepenuhnya. 

Meski Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 mewajibkan setiap lembaga menyediakan kuota tenaga kerja disabilitas, namun pada praktiknya amanat undang-undang tersebut belum berjalan sepenuhnya. 

Berdasarkan sudut pandang perusahaan, proses rekrutmen penyandang disabilitas tidaklah sesederhana proses rekrutmen biasa. Sebab kebutuhan penyandang disabilitas selama mengikuti proses seleksi tentu tidak sama dengan non disabilitas. Perusahaan tidak hanya harus menyediakan kuota 1%-2% untuk calon tenaga kerja disabilitas, tetapi juga memastikan aksesibilitas yang memadai bagi mereka.

Selain itu, beberapa perusahaan terkadang ragu untuk membuka rekrutmen bagi penyandang disabilitas. Apakah nantinya tenaga kerja tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungan kerjanya, menyelesaikan tugas-tugasnya, kuat menghadapi tekanan dan lain sebagainya. 

Seperti yang kita ketahui, ada banyak jenis disabilitas yang membutuhkan lapangan kerja. Namun, perlakuan terhadap masing-masing mereka tidak bisa sama. Contohnya, penyandang disabilitas sensorik netra atau low vision (gangguan penglihatan) lebih cocok ditempatkan di bagian back office. Sementara penyandang tuli dengan alat bantu dengarnya, sangat berkemungkinan menempati posisi front office. 

4 Langkah Persiapan Rekrutmen

Disabilitas sensorik netra, yang lebih dikenal dengan sebutan tuna netra, adalah salah satu jenis disabilitas yang ada di dunia. Penyandang disabilitas sensorik netra bukan hanya mereka yang tidak bisa melihat sama sekali atau istilah kasarnya buta total. 

Menurut American Foundation for The Blind, orang dengan ketajaman penglihatan 20/200 atau di bawahnya dan tidak dapat lagi terbantu oleh kacamata atau lensa kotak sudah termasuk dalam kelompok disabilitas sensorik netra. 

Gangguan penglihatan tidak selalu terjadi pada kedua mata. Beberapa penyandang disabilitas ini mengalami disfungsi pada salah satu mata saja. Meski demikian, daya penglihatan mereka tentu tidak setajam orang-orang tanpa gangguan penglihatan sama sekali.

Lantas, apakah penyandang disabilitas sensorik netra layak bekerja di sektor formal? 

Karena keterbatasan penglihatan, sering kali muncul keraguan dari pihak penyedia lapangan pekerjaan dalam menjaring calon tenaga kerja disabilitas ini. Agar tidak salah pilih, perusahaan bisa melakukan 4 persiapan di bawah ini dalam proses rekrutmen penyandang disabilitas sensorik netra. 

Diskusi dan Kumpulkan Informasi Selengkap-lengkapnya dari Komunitas atau Organisasi yang Peduli dengan Tunanetra

Orang yang bukan penyandang disabilitas pastinya tidak memahami secara spesifik tentang kehidupan disabilitas sensorik netra. Bagaimana mereka beraktivitas dan bakat apa yang dimiliki. 

Untuk mendapatkan pengetahuan lebih mendalam tentang itu, tak ada salahnya pihak perusahaan bermitra dengan komunitas atau organisasi disabilitas terkait. Dari sumber yang tepat, perusahaan bisa mendapat gambaran apa saja yang bisa dilakukan seorang tunanetra dalam berkarya, media atau alat bantu apa yang mesti perusahaan siapkan, juga rekomendasi penyandang disabilitas unggul yang layak dipekerjakan.

Membaca dan Mempelajari CV Calon Tenaga Kerja

Tidak mengabaikan CV dari pelamar disabilitas merupakan salah satu bukti bahwa sistem rekrutmen yang terbuka dan adil telah berjalan. Informasi yang tertera dalam riwayat hidup pelamar setidaknya dapat menjadi pertimbangan perusahaan dalam memilih kandidat terbaik.

Sesuaikan skill, latar belakang pendidikan, dan pengalaman-pengalaman kerja calon pekerja dengan posisi yang sedang perusahaan butuhkan. 

Lakukan Interview

Untuk menguatkan keyakinan bahwa perusahaan tidak mempekerjakan orang yang salah, sangat penting bagi perusahaan melakukan interview. Lewat interview perusahaan bisa melihat sendiri kondisi penglihatan calon pekerja. Apakah tidak bisa melihat sama sekali (netra total) atau termasuk low vision. 

Sejalan dengan itu, pihak perusahaan bisa sekaligus menguji skill pelamar serta kecakapannya dalam mengambil keputusan-keputusan. Apakah pelamar terampil menggunakan alat kerja yang tersedia dan sudah disesuaikan dengan kebutuhannya, komunikatif, dan responsif.

Membuka Kesempatan Magang

Rekrutmen penyandang disabilitas memang masih asing bagi sebagian perusahaan. Selain ketidaksiapan dari sisi sarana dan prasarana kantor, dari segi penempatan pun masih sangat terbatas. Apalagi beberapa perusahaan menerapkan sistem kualifikasi yang sangat ketat untuk calon tenaga kerja baru. Tentunya ini tidak bisa diikuti oleh sembarang orang. 

Namun atas dasar kepatuhan terhadap Undang-undang, perusahaan tetap harus memberdayakan penyandang disabilitas sebagai tenaga kerja. Andai pihak perusahaan belum yakin sepenuhnya melibatkan penyandang disabilitas sensorik netra dalam operasional, perusahaan bisa memberikan kesempatan dalam bentuk magang terlebih dahulu. 

Program magang memungkinkan pihak perusahaan dan pekerja sama-sama belajar dan saling menyesuaikan diri. Perusahaan belajar bagaimana cara bekerja dengan penyandang disabilitas, sedangkan pekerja disabilitas belajar bagaimana cara bekerja dan berbaur di lingkungan terbuka. 

Program magang juga memungkinkan perusahaan untuk menilai antusiasme dan inisiatif pekerja. Di sisi pekerja, program ini semacam masa orientasi untuk mengenal lingkungan kerja dan tupoksi tiap divisi. 

Batas waktu program magang ini biasanya 1-3 bulan. Dalam jangka waktu tersebut setidaknya sudah terbentuk keyakinan dari pihak perekrut apakah pekerja magang tersebut layak diterima sebagai karyawan tetap atau tidak. 

Selain itu, program magang sebaiknya juga disertai dengan upah sebagai bentuk apresiasi terhadap tenaga dan waktu yang diberikan pekerja.

Kesimpulan

Demikian persiapan-persiapan yang sebaiknya perusahaan lakukan dalam proses rekrutmen penyandang disabilitas, terutama disabilitas sensorik netra. Ikut memberdayakan mereka sama artinya membantu mereka mendapatkan kehidupan dan masa depan yang lebih baik. Parakerja siap membantu perusahaan untuk pemberdayaan disabilitas siap masuk dunia kerja.

Salah satu layanan yang Parakerja hadirkan yakni Layanan Disabled Outsourcing & Headhunting adalah solusi terintegrasi yang dirancang khusus untuk mendukung inklusi dan kesetaraan peluang kerja dengan menghadirkan pendekatan yang holistik dalam memfasilitasi akses kesempatan kerja di perusahaan, organisasi ataupun pemerintahan bagi individu dengan berbagai jenis disabilitas